Rabu, 05 Oktober 2011

Memburu Salju Musim Gugur


Perjalanan ini membawa saya menelusuri jalur kereta api Skandinavia dari Stockholm, Swedia menuju Narvik, Norwegia. Cerita ini akan dibagi menjadi beberapa bagian. Selamat mengikuti!
Beberapa perjalanan udara, darat dan air membawa saya ke kota keberangkatan Stockholm di Swedia, yang berpenduduk 1,2 juta jiwa. Bis yang membawa saya dari Kopenhagen, Denmark, berhenti di Cityterminalen pada waktu subuh. Hari sangat gelap. Suhu yang berkisar 0-10°C (masih terhitung hangat) dan angin menusuk dan menembus kulit.

Saya lihat dompet. Beruntung, saya sempat menukarkan sisa krona Denmark ke krona Swedia. Saya pun mampir ke Pressbyrån, sebuah toko kecil serba ada, untuk membeli sarapan roti isi dan segelas susu hangat bagi tubuh yang kelaparan ini.

Jadwal selanjutnya, mencari hostel di bilangan Södermälarstrand, daerah yang cukup sentral di kota Stockholm.

Perjalanan dengan kereta bawah tanah untuk satu zona mencapai 40 krona Swedia atau sekitar Rp 52 ribu. Ini tergolong mahal, apalagi setelah saya menyadari bahwa jarak yang ditempuh cukup dekat — hanya sekitar tiga stasiun.

Setelah beberapa kali salah jalan dan bertanya, akhirnya saya sampai di hostel yang dibangun dari kapal bermesin uap yang sudah tak aktif, tapi masih mengapung di dermaga.

Sejauh mata memandang dari dalam “dek” hostel, saya melihat lanskap kota di seberang Teluk Riddarfjärden: Stadshuset, dewan kota dengan menara bermahkotakan simbol negara The Three Crowns.
köttbullar, sajian gilingan daging (bakso) ala Swedia yang dilengkapi dengan kacang polong dan kentang tumbuk, coba sambangi salah satu tempat makan di sini, walau mungkin bukan dalam harga yang terbaik.

Stockholm menobatkan dirinya sebagai ibukota budaya dari Skandinavia, sebuah wilayah yang mencakup Denmark, Norwegia dan Swedia. Kota ini memiliki lebih dari 100 museum yang tersebar di berbagai penjuru kota. Rasanya tak salah jika dikatakan penduduk Stockholm punya obsesi terhadap museum, karena hampir setiap topik atau tema dijadikan museum!
Kongligen nationalstadsparken, atau Royal National City Park. Di sana terdapat sekitar 20 museum. Saya sempatkan menikmati beberapa museum di pulau ini, terutama Vasamuseet, sebuah museum yang menunjukkan kedekatan masyarakat Swedia dengan budaya maritim. Tema utama museum ini adalah sebuah kapal perang dari zaman pertengahan yang dievakuasi dari perairan kota.

Raja Swedia pada saat itu, Gustavus Adolphus (1594–1632), memerintahkan anak buahnya untuk membuat beberapa kapal perang besar yang bertujuan menegaskan eksistensi kekuatan kerajaan Swedia di negara-negara Laut Baltik.

Ketika itu, Swedia sedang gencar-gencarnya berperang dengan Polandia, dan merasa cemas dengan perkembangan Perang Tiga-Puluh Tahun di Jerman. Selain itu, Swedia juga merasa khawatir dengan musuh bebuyutannya, Denmark, yang akan mendominasi lalu lintas di daerah Baltik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar