Rabu, 12 Oktober 2011

Sungai Mini Cheonggyecheon yang Menghanyutkan


Hanya di Seoul, saya bisa menyusuri aliran sungai di tengah kota dan menemukan banyak hal menarik.




Selain Menara Seoul, Sungai Cheonggyecheon (baca: chiongkyechion) ini menjadi tempat piknik favorit dalam kota. Aliran sungai sepanjang enam kilometer ini ditata sedemikian rupa sehingga ada atraksi menarik pada setiap kilometernya. Saking panjangnya, aliran sungai ini melewati beberapa daerah populer turis seperti Dongdaemun.

Untuk mencapai Cheonggyecheon, ada banyak pilihan jalur kereta bawah tanah. Tetapi stasiun yang paling dekat lokasi sungai yang paling menarik adalah biru tua (turun di stasiun Jonggak) atau hijau (turun di stasiun Euljiro il-ga). Selain dekat dengan Cheonggyecheon, dekat juga dengan Gwanghwamun Plaza, lapangan luas dengan hamparan bunga dan air mancur yang juga tidak kalah keren untuk dikunjungi.



Di bagian ujung sungai terdapat Cheonggye Plaza yang merupakan lapangan luas yang sering dijadikan tempat berbagai acara, seperti konser musik atau pameran. Di salah satu sisi lapangan, terdapat kubah ramping warna biru merah yang sepintas mirip pohon Natal. Desain arsitektur ini diberi nama The Spring dan merupakan rancangan desainer Claes Oldenberg.

Tanda dimulainya aliran sungai adalah kolam dengan air mancur yang tiap jamnya menampilkan permainan air. Dari kolam itu juga tercurah air terjun yang berlanjut sebagai aliran sungai Cheonggyecheon.



Cheonggyecheon direstorasi ulang tahun 2003 sebagai bagian dari proyek penghijauan kota. Dilintasi oleh 22 jembatan dan batu undakan, cheonggyecheon menjadi tempat ideal untuk warga Seoul bersantai. Pada jam makan siang, sepanjang aliran sungai ini dipenuhi oleh karyawan gedung sekitar yang menikmati makan siang mereka.

Banyak juga anak sekolah yang menghabiskan waktu bersama teman-teman di situ. Sedangkan pada malam hari, banyak keluarga dan pasangan yang menikmati suasana romantis dari lampu-lampu dekorasi.



Bunga warna-warni peninggalan musim panas pun terlihat di sepanjang aliran sungai Cheonggyecheon ini. Dengan angin sejuk  dan udara bersih, menikmati pemandangan bunga ditemani suara gemercik aliran sungai jelas adalah kemewahan bagi saya, karena hal seperti ini tidak mungkin saya nikmati di Jakarta.

Menyusuri lebih lanjut, dinding di sisi kiri kanan sungai sering menampilkan dekorasi-dekorasi unik. Yang terdekat dari The Spring adalah The Wall of Culture, yang menampilkan foto-foto Cheonggyecheon dari masa ke masa. Berjalan agak jauh sedikit, kita bisa menemukan lokasi yang merupakan tempat para wanita mencuci baju di zaman dulu.



Ada juga tembok harapan (Wall of Hope). Tembok ini menampilkan sekitar dua puluh ribu potongan porselen keramik yang setiap potongannya memuat gambar dan pesan-pesan dari warga Korea di seluruh penjuru dunia (yang tinggal di Korea Selatan, Korea Utara atau di luar Korea) yang berharap Korea bisa bersatu. Dinding yang terbentang 50 meter dengan tinggi dua meter ini merupakan dinding porselen keramik terbesar di dunia.

Begitu banyak desain yang dipasang di sepanjang aliran sungai Cheonggyecheon ini, tidak heran jika beberapa bagian sering jadi lokasi syuting drama dan film Korea. Sepintas saya sempat melihat undakan batu yang digunakan sebagai lokasi syuting film Kang Dong Won, "Jeonwoochi".

Keliling Kota Mungil Oarai



Jepang selalu diasosiasikan dengan kota-kotanya yang besar dan modern. Namun karena harus mengunjungi sepupu, akhirnya saya pun merasakan tinggal di kota super mungil di Jepang, yaitu, Oarai.

Tinggal di kota yang berlokasi sekitar 100 kilometer dari Tokyo ini memang membuat saya seperti tinggal di perdesaan. Kota dengan penduduk sekitar 20 ribu orang ini tidak mempunyai mal. Kalau ingin ngemal dan nonton film bioskop, harus ke kota terdekat, Mito. Menengok ke kiri dan kanan jalan, banyak sekali ditemui sawah dan perumahan.

Untuk mencapai Oarai, kita bisa naik kereta JR jalur Joban Fresh atau Fresh Hitachi Limited Express dari stasiun Ueno di Tokyo. Perlu waktu sekitar sejam lebih untuk tiba di Oarai. Satu hal yang perlu dicatat, untuk sedikit menghemat, sebaiknya membeli tiket tanpa nomor karena lebih murah. Toh, penumpang jalur ini tidak terlalu ramai. Dari Ueno, kita turun di stasiun Mito. Dari situ, ambil kereta Kashima Rinkai ke Oarai yang membutuhkan waktu sekitar 15 menit.

Oarai langsung menghadap lautan Pasifik di sebelah timurnya. Kota ini mungil, tapi bukan berarti tidak ada daya tariknya. Karena menghadap pantai, Oarai menjadi kota tujuan berlibur warga Jepang di musim panas.



Melancong ke kota tetangga yang masih satu prefektur – di prefektur Ibaraki -  pun tidak jauh. Hitungannya hanya menit karena jalanannya berupa jalan tol. Berhubung di Oarai tidak ada mal, bisa dibilang hampir setiap hari saya pun mampir ke Mito untuk menjajal Joyful, mal terbesar atau toko 100 yen yang jadi andalan untuk cari oleh-oleh.

Ada beberapa tempat seru yang wajib dikunjungi di Oarai dan prefektur Ibaraki.

Oarai Isosaki Jinjya


Kuil Oarai Isosaki ini dibangun pertama kali pada tahun 856. Jinjya ('kuil' dalam bahasa Jepang) ini didedikasikan untuk dewa keamanan rumah dan lautan, mengingat lokasi kota yang memang di pinggir laut. Walau sempat hancur karena dibakar sekitar tahun 1558, kuil ini dibangung kembali oleh Mitsukuni Tokugawa di tahun 1690.

Lokasi kuil ini berada di salah satu bukit. Jadi cukup lelah juga saat menaiki tangga. Di bagian bawah kuil, sebelum tangga, menjulang gerbang setinggi 16 meter. Dibanding kuil di Tokyo memang kuil ini tidak terlalu besar. Tapi, jika ke Oarai, tempat ini wajib didatangi jika ingin melihat pemandangan lautan yang indah dari atas. Apalagi, kalau ke sana pas musim semi, pemandangan semakin cantik dengan bunga-bunga sakura yang bermekaran.


Aqua-World Oarai Aquarium


Satu-satunya pusat rekreasi terbesar di kota kecil ini adalah Aqua-World Oarai Aquarium yang menyimpan sekitar 15 ribu hewan air yang dibagi dalam 350 spesies berbeda. Seperti juga di Ancol, kita bisa menikmati pertunjukan singa laut dan lumba-lumba dan menyaksikan para petugas memberi makan pada berbagai macam hewan air ini. Jika lapar, kita bisa naik ke menara marinir Oarai yang memiliki ketinggian sekitar 60 meter dan menikmati makan siang dari berbagai macam restoran di situ. Harga masuk ke Aquarium ini sekitar Rp 180ribu.

Hitachi Seaside Park


Hitachinakakoen, begitu taman satu ini biasa disebut, terletak tidak jauh dari Oarai. Dulu taman ini merupakan lapangan untuk pilot tempur Amerika berlatih membom di tahun 1946. Namun, di tahun 1973, taman ini dikembalikan kepada pemerintah Jepang. Sebagian kecil dari lapangan ini kemudian disulap menjadi taman bunga dan rekreasi.



Di taman seluas 3,5 hektar ini, bunga-bunga yang ditanam sangat menakjubkan. Setiap musim, bunga yang ditanam pun berbeda-beda. Kebetulan saya mampir ke sana di musim semi dan bunga yang ditanam adalah tulip berwarna-warna. Berhubung di Indonesia tidak ada bunga ini, tingkah saya pun mulai norak. Saya mengitari seluruh taman dan merekam semua warna bunga. Beruntung banyak orang lain yang mengabadikan bunga seperti saya, sehingga kenorakan saya mungkin sedikit tersamarkan.



Di antara pepohonan dan taman bunga tulip, banyak bangku dan tenda dimana kita bisa bersantai. Saya dan sepupu saya pun sibuk menurunkan semua peralatan barbekyu dan makanan untuk dinikmati bersama. Yang masih punya tenaga untuk mengelilingi taman luas ini, bisa mencoba permainan kincir yang ada di sisi lain taman.

Pasar Ikan Nakaminato


Sebagai kota yang dekat dengan laut, pasar ikan Nakaminato menjual hasil laut menakjubkan. Semua terlihat masih segar. Dan, memang berbagai hasil tangkapan laut yang dijual di sini benar-benar hasil tangkapan hari yang sama. Ini bisa dilihat dari lokasinya yang berhadapan langsung dengan pelabuhan kapal nelayan di depan pasar.



Berbeda dengan pasar ikan di Indonesia yang sering tercium amis, gelap, dan muram, pasar ikan yang berlokasi di 19-8 Minatohonmachi, Hitachinaka ini bersih, rapi, kering, dan terang. Hasil tangkapan laut yang dijual di sini pun sangat bervariasi. Mulai dari berbagai macam ikan, kepiting, udang, kerang, cumi sampai gurita dijual dengan harga cukup masuk akal. Pasar ini sempat ditutup beberapa saat setelah tsunami, namun sekarang sudah kembali beroperasi dengan normal.


Kairakuen Garden


Taman Kairakuen ini dianggap satu dari tiga taman tercantik di Jepang. Pembangunan taman ini selesai pada tahun 1842 oleh Nariaki Tokugawa. Taman ini dikenal dengan festival pohon plum atau ume-matsuri yang berlangsung mulai dari akhir Februari hingga bulan Maret.

Ada sekitar 100 macam pohon plum dan 3000 pohon dari berbagai jenis. Dari ribuan pohon inilah, selalu ada pemandangan indah yang berbeda setiap musimnya. Musim semi, misalnya. Hampir di setiap sudut terlihat pohon ceri dengan bunga sakuranya yang bermekaran.

Di tengah taman terdapat sebuah danau buatan. Untuk mengelilingi danau sambil mengagumi bunga sakura di sekeliling, kita bisa naik sepeda air yang disediakan di situ.

Petualangan Wellington


Wellington adalah Ibu Kota Selandia Baru (dan bukan tetangganya yang lebih besar di utara, Auckland). Para Wisatawan sepakat, kota di kawasan Pasifik ini tidak boleh dilewatkan. Dengan kombinasi kosmopolitan dan atmosfer santai, mudah untuk menyukai Wellington. Berikut beberapa tips untuk perjalanan Anda ke sana.


Naik Trem ke Royal Botanic Gardens

Trem, atau cable car, adalah salah satu peninggalan sejarah kota yang masih hidup karena dukungan industri pariwisata. Jadi, hanya turis yang menaikinya, tapi saya suka mendengar denting dan dentang sepanjang perjalanan trem menuju puncak di Royal Botanic Gardens. Dari atas sana, Anda bisa melihat pemandangan Wellington yang menawan. Royal Botanic Gardens juga luas, ada sejumlah bangunan tua nan cantik di dalamnya, dan mereka benar-benar sepenuh hati menata bunga di kebun itu.

Selandia Baru punya banyak keindahan alam, Milford Sound adalah salah satu yang paling terkenal - di Unearthing Asia.


Menikmati Kopi di Kelburn

Di bagian barat Royal Botanic Gardens, ada Kelburn Village, kawasan 'paling Eropa' di Wellington. Jalan utamanya penuh dengan kafe-kafe yang nyaman, toko-toko berkarakter, penjual barang antik, dan toko roti unik. Ini adalah tempat terbaik untuk duduk berlama-lama sambil minum kopi atau menikmati makanan. Pastikan Anda juga menjelajahi The Glen (penghubung Kelburn dan Royal Gardens) untuk melihat pohon-pohon Pohutakawa tua dekat gereja Saint Michael.

Dunedin di Selandia Baru adalah kota lain yang kuat rasa Eropanya, khususnya Skotlandia - di Unearthing Asia.

Kembali ke Masa Lalu di Karori Sanctuary Trust

Anda tidak akan merasa masih berada di Wellington ketika memasuki situs Karori Sanctuary http://www.sanctuary.org.nz/. Yayasan Karori Sanctuary, di laman situsnya, menyatakan bahwa, "(mereka) Mengembalikan sepojok Selandia Baru seautentik mungkin seperti saat belum ada manusia." Banyak yang berpendapat mereka telah melakukan pekerjaan itu dengan baik! Area itu tertutup, terdapat sebuah pulau utama di tengah; tanaman langka dan hewan pun terlindung di dalamnya. Bahkan jika Anda melakukan tur rombongan ke sana, tempat itu masih terasa sangat damai dengan suasana pedesaan yang kental, meski berada di kota.


Hiburan di Te Papa

Te Papa adalah museum nasional Wellington dengan spektrum pameran yang sangat luas, sehingga sukar disebut satu per satu. Pada hari tertentu, Anda dapat mempelajari tentang kekuatan geologis yang membentuk pulau, atau Anda bisa mempelajari tradisi berbahasa penduduk pertama Selandia Baru, menjelajahi toko barang bekas, dan tentang seni. Jika Anda berpergian bersama anak-anak, maka Anda harus mampir ke sini.

Anak-anak juga akan senang mengeksplorasi Thermal Wonderland Wai-o-Tapu di Rotoroa - di Unearthing Asia.



Naik Ferry ke Pulau Matiu-Somes

Sebuah pulau bekas kamp tahanan dan zona karantina mungkin tidak akan menjadi pilihan objek wisata, tapi Matiu-Somes di Wellington Harbour layak dikunjungi. Anda bisa naik ferry dari Queen's Wharf, tapi pastikan dulu dengan kru kapal, mintalah ke mereka untuk berhenti di sana. Pulau itu adalah tempat yang tepat untuk berjalan-jalan dan menjelajah, tapi Anda harus tahu betul jam berapa ferry akan datang menjemput - Anda pasti tidak ingin menghabiskan malam di pulau ini, kan?



Tempat Lain Melihat Panorama

Saya sempat menyebut tentang pemandangan dari Kelburn atau trem, tapi ada beberapa tempat lain yang bisa dikunjungi jika Anda punya waktu tersisa:

Mount Victoria - mungkin titik panorama yang cukup terkenal, menawarkan sudut pandang 360 derajat. Sekitar satu jam berjalan kaki dari kota, tetapi Anda juga bisa naik bus.

Wrights Hill – Anda bisa melihat pemandangan indah sekaligus menjelajah terowongan PD II. Periksa laman situs mereka untuk mengetahui hari/jam kerja, karena tempat ini tak buka setiap saat.

Massey Memorial - monumen berbentuk unik ini adalah pemandangan tersendiri, tapi lansekap di Days Bay juga cukup indah.

Brooklyn Windmill - Saya menyukai pemandangan dari atas sini. Tapi, untuk Anda ketahui, kincir angin di Selandia Baru tidak sama seperti di Belanda, ini adalah turbin angin

Wisata Jalan Kaki di San Francisco

Dari berbagai kota yang saya kunjungi di dunia, San Francisco adalah yang paling bersahabat bagi pejalan kaki.

Pertama, suhu kota ini selalu berkisar 10-20 derajat Celcius. Ketika musim dingin kota ini tidak bersalju, tetapi ketika musim panas pun suhunya masih dalam perkiraan 20 derajat Celcius. Sangat nyaman.

Kedua, atraksi dan ukuran pusat kotanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Konturnya yang berbukit mungkin menjadi sedikit tantangan, tapi pemandangan indah justru jadi nilai plus. Paduan berjalan kaki dengan transportasi umum (seperti bus dan trem) memungkinkan setiap pelancong menikmati kota San Francisco tanpa kendaraan pribadi.


Pemandangan jembatan Golden Gate.

Memulai hari di pusat kota dengan segelas kopi dan seporsi bagel? Bisa saja, yakni di Market Street, jalan protokol yang membelah pusat kota secara diagonal. Jika menaiki kereta bawah tanah BART (Bay Area Rapid Transit), Anda bisa turun di stasiun Powell atau Montgomery.

Di Powell, Anda akan disambut dengan daerah belanja yang padat, yang hanya dikalahkan oleh Union Square beberapa blok dari situ. Pusat perbelanjaan seperti Macy’s, Nordstrom dan Westfield ada di sini.

Sementara itu, di Montgomery, Anda akan disambut oleh distrik bisnis dengan gedung-gedung menjulang tinggi, tapi Anda dapat berjalan lebih dekat ke Chinatown dari sini.

Berjalan kaki beberapa blok ke Chinatown, pecinan yang paling besar dan tertua di Amerika Utara, Anda akan menemukan beberapa tempat makan termurah di kota ini, serta cendera mata yang beragam dan tak kalah murah pula. Penduduk keturunan Cina di sini sejarahnya panjang. Mereka memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat dengan adanya Benevolent Society. Ingin mencoba peruntungan di pabrik kue keberuntungan (fortune cookies)? Di sinilah tempatnya!

North Beach, komunitas imigran Italia, terletak di utara. Di sini — tentu saja — ada restoran, kafe dan toko roti ala Italia. Ada pula klub khusus dewasa yang tersusun rapi. Juga di wilayah ini terdapat Coit Tower, menara yang didedikasikan untuk para pemadam kebakaran, yang memegang peranan penting memadamkan kebakaran besar di kota ini ketika gempa bumi besar tahun 1906. Menara ini dapat dinaiki untuk melihat pemandangan ke semenanjung San Francisco dan teluknya.

Lebih utara lagi, ada beberapa dermaga. Di antaranya adalah dermaga nomor 39, atau terkenal dengan sebutan Pier 39. Tempat rekreasi ini memiliki banyak toko cendera mata, restoran, sinema 4D dan akuarium.


Cable car atau trem yang bisa membawa Anda bepergian.

Atraksi lain, Fisherman’s Wharf, ada di sebelah barat Pier 39 dan berjarak 15 menit berjalan kaki. Di sini Anda bisa mengunjungi taman dan pantai San Francisco Maritime, menikmati debur ombak kecil dan melihat kapal-kapal berlayar atau bersandar di dermaga.

Ghirardelli Square, pujasera yang dimiliki oleh perusahaan produsen cokelat terkenal Ghirardelli, juga ada di sini.

Kembalilah ke Market Street dengan menumpang trem, melewati jalan-jalan berbukit. Dari sini, kita bisa melihat Lombard St., jalan yang sangat curam sehingga harus dibuat berkelok-kelok tajam. Jalan ini dinobatkan sebagai “the world’s crookedest street” (jalan paling berliku di dunia).


Jalanan curam di San Francisco.

Trem juga merupakan salah satu ciri khas San Francisco dan selalu muncul di kartu pos. Usianya sudah tua, tampilannya klasik dan dahulu digunakan sebagai bentuk transportasi umum, berjalan di atas rel khusus dan dioperasikan secara mekanik oleh dua orang petugas yang disebut sebagai “gripman”.

Trem ini memiliki beberapa perhentian. Tarifnya $ 6 sekali naik dari ujung ke ujung. Akhir perjalanan untuk jalur Powell-Hyde yang berawal di Fisherman’s Wharf ada di Hallidie Plaza, dekat stasiun BART Powell di persimpangan Market St.

Tertarik dengan arsitektur kuno? Pasti Anda akan suka dengan rumah-rumah yang dijuluki “The Painted Ladies”, salah satunya yang terkenal berada di Alamo Square. Untuk mencapainya memang agak jauh ke arah Barat, sejalan dengan Golden Gate Park. Anda bisa menaiki bus/trem MUNI.


Deretan The Painted Ladies. Foto: Thinkstock

Sempatkan juga terus menaiki bus/trem MUNI menuju ke Golden Gate Park, taman sepanjang 40 blok yang barangkali hanya bisa dikalahkan oleh Central Park di New York. Taman ini sangat besar dan di dalamnya terdapat taman bunga, telaga, museum seni dan ilmu pengetahuan (de Young Museum dan California Academy of Sciences).

Jika masih ada waktu silakan berkunjung ke Embarcadero, daerah dengan pemandangan menuju Oakland, yang dihubungkan oleh San Francisco Bay Bridge, jembatan yang lebih panjang dari Golden Gate Bridge. Banyak penduduk kota melakukan olahraga sepeda dan lari di sini.

Untuk berkunjung ke Golden Gate Bridge sendiri, Anda perlu naik bus/trem MUNI. Jangan lewatkan kesempatan menyeberangi jembatan dengan sepeda atau berjalan kaki. Jaraknya tidak terlalu jauh kok.


San Francisco pada malam hari. Foto: Thinkstock

Tentu saja, masih banyak lagi yang saya lewatkan di artikel ini. Berkunjung ke San Francisco berulang kali sejak 2004 bahkan belum cukup buat saya untuk mengunjungi semuanya. Selalu ada kerinduan untuk kembali.

Mungkin itu jugalah yang dirasakan oleh Tony Bennett ketika menyanyikan “I Left My Heart in San Francisco”.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Universal Studio

Dengan harga S$ 66 (sekitar Rp 457 ribu) untuk hari kerja dan S$ 72 untuk akhir pekan dan hari libur, tiket Universal Studios bisa dibeli langsung di loket atau lewat Internet. Saya membeli tiket lewat Internet untuk mengantisipasi kehabisan kuota, karena jumlah pengunjung per hari memang dibatasi.

Hal pertama yang saya lakukan ketika di sana adalah berfoto-foto di depan bola dunia raksasa di depan gerbang. Setelah itu, berlanjut ke kawasan pertama: Hollywood — yang tentu saja lengkap dengan tulisan “Hollywood” berwarna putih. Saat menyusuri kawasan ini, berbagai suvenir yang imut dan keren sangat menggoda. Sayangnya, super mahal!


Bola Universal yang akan menyambut pengunjung. Foto: Syanne Susita

Sepanjang jalan disulap menyerupai Hollywood Boulevard di LA, lengkap dengan lampu jalan klasik, pohon-pohon palem dan jalan setapak penuh bintang “Walk of Fame”. Ada juga replika Pantages Theater.

Tidak sampai seratus meter, suasana jalan sudah berubah, sebagai pertanda pengunjung memasuki kawasan New York. Musik, lampu dan desain bangunan pun berganti. Kali ini warna bangunan lebih gelap. Terdengar alunan musik jazz dan terkadang, asap mengepul dari bawah.

Di sebelah kiri jalan, terdapat gedung bernama LIGHTS! CAMERA! ACTION!. Di dalamnya, kita bisa menyaksikan jalannya produksi sebuah film — lengkap dengan adegan dramatis dan efek khusus. Bagi saya, gedung ini sangat keren bagi para peminat film karena menghibur sekaligus bahan referensi yang bagus. Apalagi, Steven Spielberg yang jadi pemandunya.

Atraksi terbesar di kawasan Sci-Fi adalah Battlestar Galactica. Ini adalah dua roller coaster yang memiliki rute berlawanan arah. Kita bisa memilih naik kereta Battlestar Human atau Cyclon. Di titik tertinggi rel, dua roller coster ini akan saling berhadapan seolah-olah akan bertabrakan meski cuma beberapa detik. Sangat mendebarkan jantung.


Salah satu rollercoaster di Universal Studios, Singapura. Foto: AP/Wong Maye-E

Selain Battlestar, Universal Studios menawarkan banyak pilihan roller coaster di kawasan lain misalnya Ancient Egypt. Roller coaster di kawasan yang dekorasinya mengundang decak kagum ini bernama Revenge of the Mummy. Pengunjung diajak berputar-putar di ruang super gelap sehingga tidak tahu kejutan apa yang akan muncul di depan mata. Mirip permainan Space Mountain di Disneyland Hong Kong.

Jika sudah lelah, kita bisa mengaso sebentar di pusat makanan Discovery di kawasan Lost World. Dengan patung dua dinosaurus beserta beberapa telur di antara air mancur, makan siang di sini terasa seperti makan siang di sarang dinosaurus.

Sama halnya seperti di Dunia Fantasi atau taman hiburan di negara lain, harga makanan dan minumannya pun mahal, sekitar S$10. Tapi berhubung perut super keroncongan, saya lupa berhitung dan langsung memesan.

Permainan di kawasan Lost World terbagi dua, yakni di taman Jurassic Park dan Water World. Anda bisa mencoba Canopy Flyer (yang mirip Ontang-Anting di Dunia Fantasi) dan berputar mengelilingi kawasan Lost World.


Kawasan Mesir Kuno di Universal Studios, Singapura. Foto: Syanne Susita

Ada pula Dino-Soarin, Jurassic Park Rapids Adventure dan WaterWorld. Semua gratis. Tetapi jika ingin panjat tebing di Amber Rock Climb, Anda harus membayar biaya tambahan S$ 10.

Jika tidak mau berbasah-basah, Anda sebaiknya menghindari permainan Jurassic Park Rapids Adventure dan sebagai gantinya, menonton atraksi stunt seru di WaterWorld. Diadakan tiga kali sehari (12.00, 14.00, 16.30 waktu setempat), atraksi ini menampilkan adegan-adegan berbahaya yang seolah menyerap kita dalam kobaran api dan tumpahan air.

Sementara itu, di kawasan paling populer Far Far Away, kita bisa mengejar pertunjukan Donkey Live di istana Shrek, serta film Shrek 4D Adventure. Berbeda dengan kawasan lainnya, dua atraksi di kawasan Far Far Away ini tidak berbentuk permainan yang membutuhkan energi ekstra. Kita hanya tinggal duduk dan menonton di ruang berpendingin udara. Tempat lain untuk mengaso sejenak.


Foto

8 Tempat Belanja Terbaik di Bangkok

Setiap kali saya menyebut "Bangkok" ke teman-teman saya, hal pertama yang terlintas dalam pikiran mereka adalah makanan, kemudian berbelanja. Selain menyicipi makanan, melihat berbagai Wat dan mengunjungi Grand Palace, belanja tampaknya menjadi salah satu aktivitas paling populer untuk dilakukan oleh para wisatawan di Bangkok. Ibu kota Thailand telah berhasil dikenal sebagai salah satu tujuan belanja utama di Asia.

Dan berikut adalah beberapa alasannya:

1. MBK Center




Kebanyakan turis yang bepergian ke Bangkok tak pernah melewatkan kunjungan ke MBK Center. MBK atau Mahboonkrong adalah kompleks perbelanjaan besar dengan delapan lantai dan memiliki sekitar 2000 toko. Barang-barang imitasi, produk bahan kulit dan elektronik adalah benda-benda paling umum yang akan Anda temukan di MBK.

2. Siam Discovery Center dan Siam Paragon


Hanya sebentar berjalan kaki dari MBK, Anda akan menemukan kompleks besar pusat perbelanjaan yang ditujukan untuk konsumen menengah ke atas sampai atas. Anda akan menemukan banyak barang-barang asli dari merk asing dan lokal. Jika Anda bepergian dengan anak-anak, Anda juga dapat membawa mereka ke Siam Ocean World di Siam Paragon.

3. Pratunam




Anda bisa naik tuktuk dari Siam Center menuju Wilayah Pratunam atau Anda bisa berjalan dan melewati berbagai mal seperti Central World, Big C dan Gaysorn untuk belanja lebih banyak. Setelah tiba di Pratunam, Anda akan melihat Platinum Fashion Mall dan pusat perbelanjaan lainnya yang lebih kecil. Mal-mal ini mengkhususkan diri menjual pakaian trendi untuk penggemar mode modern. Di seberang jalan, pergilah ke jalan yang mengarah ke Baiyoke dan Anda akan melihat banyak toko menjual pakaian, sepatu serta aksesoris dengan harga grosir.

4. Pantip Plaza

Dengan berjalan kaki sebentar dari Platinum Fashion Mall, Anda akan sampai di Pantip Plaza. Mal ini merupakan kompleks perbelanjaan besar untuk penggemar gadget seperti saya. Pantip mengkhususkan diri menjual produk elektronik seperti kamera, laptop, telepon genggam, tablet PC, perlengkapan game serta perangkat elektronik lainnya. Banyak juga terdapat toko reparasi komputer dan reparasi ponsel jika Anda memerlukannya.

5. Pasar Malam Patpong




Terkenal karena pertunjukan pingpong dan gadis penari, Patpong sebenarnya juga menawarkan pilihan berbelanja buat penjelajah malam. Ada pasar malam yang menjual barang tiruan serta kaus-kaus buatan lokal meski harganya tidak semurah di Pratunam atau Pecinan.

6. Pasar Bo Bey dan Pecinan




Berjalan kaki sebentar dari stasiun Hua Lampong akan membawa Anda ke Pecinan. Di sini Anda bisa membeli tekstil, pakaian serta emas. Masuki gang-gang kecil dan Anda akan menemukan banyak pedagang menjual mainan, tas, sepatu, serta aksesoris wanita. Sekitar 20-30 menit naik tuktuk dari sini, Anda akan sampai di Pasar Bo Bey yang merupakan salah satu pasar grosir besar untuk pakaian.

7. Khao San Road




Selain bar, penginapan murah dan turis mabuk, Khao San juga bisa menjadi tempat asyik untuk berbelanja. Berbagai barang yang dijual di sini akan menarik buat banyak wisatawan muda. Kaus, pernak-pernik unik, souvenir perjalanan, dan sepatu serta tas kulit buatan tangan berlimpah di sini. Berjalan menuju Soi Rambuttri dan Anda akan menemukan pengrajin lokal yang membuat tas kulit, dompet, serta miniatur tuktuk terbuat dari kaleng bir.

8. Pasar Akhir Pekan Chatuchak




Inilah pasar terbesar akhir pekan di Bangkok, tempat Anda dapat menemukan hampir segala sesuatu yang menarik hati. Dari pakaian, sepatu, tas, kerajinan, makanan, souvenir perjalanan, dan bahkan hewan peliharaan. Pasar ini tidak hanya populer untuk turis tapi juga penduduk setempat.

Yang saya sebut di atas hanyalah beberapa pasar populer yang dapat Anda temukan di Bangkok. Tapi masih banyak tempat lain yang bisa Anda lihat. Datang dan kunjungi Bangkok untuk nikmatnya berbelanja!

10 Aktivitas Gratis yang Bisa Dilakukan di Bangkok

Perjalanan di Bangkok bisa sangat mahal terutama jika kita harus terus-terusan membayar transportasi, biaya masuk, dan biaya-biaya lainnya hanya untuk melihat tempat atau objek wisata tertentu. Tetapi bagi mereka yang tidak memiliki banyak uang untuk dibelanjakan pada kegiatan pariwisata, masih ada berbagai hal untuk dilihat dan dilakukan tanpa biaya selain dari transportasi. Berikut adalah daftar dari beberapa aktivitas gratis di Bangkok:

1. Mengunjungi Wat




Ada begitu banyak Wat atau kuil yang dapat Anda kunjungi di Bangkok tanpa membayar biaya masuk yang mahal. Banyak dari kuil-kuil gratis ini yang sama indahnya dengan yang mewajibkan tiket masuk. Jika Anda menghabiskan waktu di dalam Wat, Anda juga akan mendapatkan kesempatan untuk melihat bagaimana religiusnya warga Thailand buat keyakinan spiritual mereka.

2. Melihat toko-toko


Melihat-lihat di mal atau 'window shopping' adalah kegiatan populer bagi penduduk setempat dan turis yang ingin menghabiskan sore yang panas di dalam sebuah gedung ber-AC. Mengunjungi mal juga merupakan cara yang bagus untuk mengamati kehidupan lokal, terutama kaum muda Thailand. Siam Square adalah tempat yang tepat untuk juga melihat karya perancang muda Thailand.

3. Mencicipi makanan


Pergi ke supermarket, berjalan-jalanlah dan lakukan uji rasa atau ambil sampel makanan dari beberapa makanan lokal yang dijual. Porsi kecil memang disiapkan untuk pembeli yang ingin mencoba.

4. Melihat hewan liar


Selain kucing, anjing, dan tikus yang biasanya ditemukan di banyak kota, Anda akan terkejut menemukan beberapa hewan lain di sekitar Bangkok. Ada biawak yang sering terlihat di Lumphini Park, tupai, burung gagak dan berbagai burung lainnya. Sore adalah waktu terbaik untuk melihat tupai berlarian mencari makanan di taman lokal.

5. Lihat seni jalanan




Ada yang menyebutnya vandalisme, yang lain menyebutnya seni. Apa pun sebutannya, ada beberapa yang dapat Anda temukan di Bangkok. Saya melihat beberapa dekat monumen Kemenangan dan karyanya memang mengesankan.

6. Kunjungi taman




Bangkok memiliki banyak taman yang bisa Anda kunjungi. Yang paling populer adalah Lumphini Park, tetapi jika Anda tinggal di Khao San, yang terdekat adalah Santichai Phrakarn sungai menghadap Chao Phraya. Saya sering menghabiskan sore di sini untuk bersantai sambil menyeruput teh susu favorit dan menyaksikan matahari terbenam.

7. Mengunjungi pusat seni dan budaya Bangkok


Museum kontemporer Bangkok terletak di seberang MBK. Anda akan melihat instalasi seni modern, galeri dan bangunannya sendiri adalah cukup menjadi tontonan. Tiket masuk gratis kecuali jika ada acara khusus. Periksa website BACC untuk informasi lebih lanjut.

8. Kunjungi Museum


Sejumlah museum bebas biaya masuk, beberapa mematok tiket masuk dengan harga sangat murah dan patut dikunjungi. Beberapa termasuk: Royal Elephant Museum, Correction Museum dan Museum Bangkokian.

9. Berkunjung ke taman kupu-kupu dan insectarium


Berjalan kaki singkat dari pasar akhir pekan Chatuchak membawa Anda ke sebuah taman, rumah berbagai kupu-kupu dan serangga. Ada ratusan kupu-kupu di sini dan menampilkan papan informasi yang akan membantu kita memahami dan belajar lebih banyak tentang makhluk-makhluk indah ini.

10. Kunjungi Pasar


Mengunjungi pasar di Bangkok adalah salah satu hal favorit yang kerap saya lakukan kapanpun, atau di manapun saya bepergian. Ke pasar tentu gratis (kecuali jika Anda membeli barang) dan itu membantu saya belajar banyak dengan mengamati penduduk setempat serta produk yang dijual. Ada begitu banyak hal yang akan Anda lihat di pasar lokal Bangkok yang tidak mungkin Anda temukan di negara asal Anda.

Ini hanya sebagian dari hal-hal gratis yang dapat Anda lakukan di Bangkok. Kemungkinan untuk tahu lebih banyak dan menikmati Bangkok tak akan habis jika Anda mencari lebih jauh dan menjadi lebih kreatif dalam perjalanan. Nikmati Bangkok dan ingatlah, perjalanan tidak perlu harus mahal.