Jepang selalu diasosiasikan dengan kota-kotanya yang besar dan modern. Namun karena harus mengunjungi sepupu, akhirnya saya pun merasakan tinggal di kota super mungil di Jepang, yaitu, Oarai.
Tinggal di kota yang berlokasi sekitar 100 kilometer dari Tokyo ini memang membuat saya seperti tinggal di perdesaan. Kota dengan penduduk sekitar 20 ribu orang ini tidak mempunyai mal. Kalau ingin ngemal dan nonton film bioskop, harus ke kota terdekat, Mito. Menengok ke kiri dan kanan jalan, banyak sekali ditemui sawah dan perumahan.
Untuk mencapai Oarai, kita bisa naik kereta JR jalur Joban Fresh atau Fresh Hitachi Limited Express dari stasiun Ueno di Tokyo. Perlu waktu sekitar sejam lebih untuk tiba di Oarai. Satu hal yang perlu dicatat, untuk sedikit menghemat, sebaiknya membeli tiket tanpa nomor karena lebih murah. Toh, penumpang jalur ini tidak terlalu ramai. Dari Ueno, kita turun di stasiun Mito. Dari situ, ambil kereta Kashima Rinkai ke Oarai yang membutuhkan waktu sekitar 15 menit.
Oarai langsung menghadap lautan Pasifik di sebelah timurnya. Kota ini mungil, tapi bukan berarti tidak ada daya tariknya. Karena menghadap pantai, Oarai menjadi kota tujuan berlibur warga Jepang di musim panas.
Melancong ke kota tetangga yang masih satu prefektur – di prefektur Ibaraki - pun tidak jauh. Hitungannya hanya menit karena jalanannya berupa jalan tol. Berhubung di Oarai tidak ada mal, bisa dibilang hampir setiap hari saya pun mampir ke Mito untuk menjajal Joyful, mal terbesar atau toko 100 yen yang jadi andalan untuk cari oleh-oleh.
Ada beberapa tempat seru yang wajib dikunjungi di Oarai dan prefektur Ibaraki.
Oarai Isosaki Jinjya
Kuil Oarai Isosaki ini dibangun pertama kali pada tahun 856. Jinjya ('kuil' dalam bahasa Jepang) ini didedikasikan untuk dewa keamanan rumah dan lautan, mengingat lokasi kota yang memang di pinggir laut. Walau sempat hancur karena dibakar sekitar tahun 1558, kuil ini dibangung kembali oleh Mitsukuni Tokugawa di tahun 1690.
Lokasi kuil ini berada di salah satu bukit. Jadi cukup lelah juga saat menaiki tangga. Di bagian bawah kuil, sebelum tangga, menjulang gerbang setinggi 16 meter. Dibanding kuil di Tokyo memang kuil ini tidak terlalu besar. Tapi, jika ke Oarai, tempat ini wajib didatangi jika ingin melihat pemandangan lautan yang indah dari atas. Apalagi, kalau ke sana pas musim semi, pemandangan semakin cantik dengan bunga-bunga sakura yang bermekaran.
Aqua-World Oarai Aquarium
Satu-satunya pusat rekreasi terbesar di kota kecil ini adalah Aqua-World Oarai Aquarium yang menyimpan sekitar 15 ribu hewan air yang dibagi dalam 350 spesies berbeda. Seperti juga di Ancol, kita bisa menikmati pertunjukan singa laut dan lumba-lumba dan menyaksikan para petugas memberi makan pada berbagai macam hewan air ini. Jika lapar, kita bisa naik ke menara marinir Oarai yang memiliki ketinggian sekitar 60 meter dan menikmati makan siang dari berbagai macam restoran di situ. Harga masuk ke Aquarium ini sekitar Rp 180ribu.
Hitachi Seaside Park
Hitachinakakoen, begitu taman satu ini biasa disebut, terletak tidak jauh dari Oarai. Dulu taman ini merupakan lapangan untuk pilot tempur Amerika berlatih membom di tahun 1946. Namun, di tahun 1973, taman ini dikembalikan kepada pemerintah Jepang. Sebagian kecil dari lapangan ini kemudian disulap menjadi taman bunga dan rekreasi.
Di taman seluas 3,5 hektar ini, bunga-bunga yang ditanam sangat menakjubkan. Setiap musim, bunga yang ditanam pun berbeda-beda. Kebetulan saya mampir ke sana di musim semi dan bunga yang ditanam adalah tulip berwarna-warna. Berhubung di Indonesia tidak ada bunga ini, tingkah saya pun mulai norak. Saya mengitari seluruh taman dan merekam semua warna bunga. Beruntung banyak orang lain yang mengabadikan bunga seperti saya, sehingga kenorakan saya mungkin sedikit tersamarkan.
Di antara pepohonan dan taman bunga tulip, banyak bangku dan tenda dimana kita bisa bersantai. Saya dan sepupu saya pun sibuk menurunkan semua peralatan barbekyu dan makanan untuk dinikmati bersama. Yang masih punya tenaga untuk mengelilingi taman luas ini, bisa mencoba permainan kincir yang ada di sisi lain taman.
Pasar Ikan Nakaminato
Sebagai kota yang dekat dengan laut, pasar ikan Nakaminato menjual hasil laut menakjubkan. Semua terlihat masih segar. Dan, memang berbagai hasil tangkapan laut yang dijual di sini benar-benar hasil tangkapan hari yang sama. Ini bisa dilihat dari lokasinya yang berhadapan langsung dengan pelabuhan kapal nelayan di depan pasar.
Berbeda dengan pasar ikan di Indonesia yang sering tercium amis, gelap, dan muram, pasar ikan yang berlokasi di 19-8 Minatohonmachi, Hitachinaka ini bersih, rapi, kering, dan terang. Hasil tangkapan laut yang dijual di sini pun sangat bervariasi. Mulai dari berbagai macam ikan, kepiting, udang, kerang, cumi sampai gurita dijual dengan harga cukup masuk akal. Pasar ini sempat ditutup beberapa saat setelah tsunami, namun sekarang sudah kembali beroperasi dengan normal.
Kairakuen Garden
Taman Kairakuen ini dianggap satu dari tiga taman tercantik di Jepang. Pembangunan taman ini selesai pada tahun 1842 oleh Nariaki Tokugawa. Taman ini dikenal dengan festival pohon plum atau ume-matsuri yang berlangsung mulai dari akhir Februari hingga bulan Maret.
Ada sekitar 100 macam pohon plum dan 3000 pohon dari berbagai jenis. Dari ribuan pohon inilah, selalu ada pemandangan indah yang berbeda setiap musimnya. Musim semi, misalnya. Hampir di setiap sudut terlihat pohon ceri dengan bunga sakuranya yang bermekaran.
Di tengah taman terdapat sebuah danau buatan. Untuk mengelilingi danau sambil mengagumi bunga sakura di sekeliling, kita bisa naik sepeda air yang disediakan di situ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar